Minggu, 20 Februari 2011

berita Timor Express

Sabtu, 19 Feb 2011, | 167
Anak NTT Bermusik Pukau Jakarta
JAKARTA,Timex--Anak muda NTT yang memiliki telenta sebagai seniman atau pemusik membuat mereka cukup eksis di tanah rantau Jakarta.

Atas dasar tekad untuk melestarikan seni-budaya NTT di tanah Jawa yang mereka diami kini, kaum muda bumi Flobamora yang tergabung dalam Forum Pemuda Kupang Jakarta (FPKJ) menggelar sebuah acara yang dikemas apik bertajuk "Ngejam Bareng Anak NTT Bermusik" atau ANB. Acara yang dihelat di Flora The Garden Cafe, Kompleks Cafe Hanggar Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (15/2) ternyata memukau warga Jakarta yang ikut menyaksikan kelebihan kaum muda NTT menyuguhkan telenta seni yang mereka miliki.

Beberapa seniman/musisi muda NTT seperti Kena Lango, Daddy Therikh, Nikki Hege, Nia Erni, Miha Balo, Hans Bartels, Ivan Nestorman, Roynaldo Sahadoen, Richad Sili, ILLO Djeer, Vian Dago, Koen, Yos Boleng, Djitron Pah, Lili Meco, Lia Edon, Jack Vendy, Hans Boleng dan Jever the Brocky tampil mempersembahkan kebolehannya di Cafe yang selalu dipadati warga Jakarta itu. Ikut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Kantor Penghubung NTT di Jakarta, Berto Lalo.
Berbagai lagu dan tarian khas NTT mewarnai pementasan yang dihelat sejak pukul 18.00 - 21.00 WIB itu.

Ketua Umum FPKJ, Yesaya Z. Mandala, kepada Timor Express usai acara mengatakan even ini digagas FPKJ, yakni sebuah Ormas yang didalamnya terhimpun kaum muda NTT.
Yesaya menjelaskan, even ini digelar dengan sebuah motivasi untuk menyatukan seniman NTT yang selama ini berkiprah sendiri-sendiri ke dalam suatu Komunitas seniman.

Selain itu, ikut serta menumbuhkembangkan, melestarikan budaya seni NTT serta berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan daerah NTT melalui memasyarakatkan lagu dan musik NTT secara Nasional dan Internasional. "Keberadaan ANB bentukan FPKJ ini dilandasi oleh kerinduan memiliki komunitas seniman NTT dimana telah memudarnya semangat kolektif seni budaya dan tradisi serta kualitas produksinya," jelas Yesaya.

Yesaya mengungkapkan, tampilan warna musik yang mereka suguhkan malam itu dipadukan antara warna musik tradisional dan modern. Yesaya menjelaskan, upaya untuk menampilkan ciri khas lagu dan musik tradisonal karena mereka ingin menampilkan sesuatu yang beda, misalnya ciri tradisional, isi lagu dan instrumentnya berkarakteristik khas yakni syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat serta lebih terikat akan fungsional dalam sosial masyarakat yang mendukung sebuah kebudayaan. Sedangkan lagu dan musik modern karena adanya sentuhan teknologi yang dianggap lebih Beradab dan lebih Maju.

"Lagu dan musik merupakan suatu karya seni (budaya) yang mengekspresikan jiwa si pencipta dan lingkungannya. Namun dalam perkembangannya di masyarakat, terutama kaum muda, ekspresi ini mengalami proses pemiskinan, dan fenomena yang akan merebak adalah reduksi pengertian karya seni berupa lagu dan musik yang luas serta sophisticated ke dalam satu gaya yang sederhana dan trivial, yaitu lagu dan musik kurang bermutu.

Untuk itulah kami mencoba menampilkan ini dengan harapan kekayaan seni budaya NTT ke depan tidak pudar karena kaum mudanya lebih mencintai musik atau budaya modern. Bisa juga terjadi sosialisasi musik dan lagu yang bias pasar, dan industri musik yang menjurus pada pemiskinan suatu budaya seni," papar Yesaya.

Atas dasar ini, demikian Yesaya, ANB hadir pada momentum yang tepat. "Manakala eksklusifisme begitu kental saat ini, ANB diharapkan dapat menjadi Perekat sehingga klaster-klaster eksklusif dapat berubah dan berkembang menjadi collective power (Kekuatan bersama), terutama untuk membangun SDM kita di bidang seni," urai Yesaya.

Diakhir komentarnya, Yesaya berharap momentum ini dapat menjadi sebuah wadah yang bermanfaat, dan ANB bentukan FPKJ harus mampu memanage komunitas ini dengan managemen yang baik/profesional. "ANB harus mampu memproduksi karya seni berkarakter jelas dan berklas, sehingga kita tidak lagi menjadi masyarakat seni yang miskin karya dan inovasi sekaligus dapat diandalkan menjadi kekuatan kolektif seniman NTT masa datang," pungkasnya.

Terpisah, Kepala Kantor Penghubung NTT di Jakarta, Berto Lalo mengaku mengapresiasi langkah yang dibuat FPKJ, dan dia berharap ke depan momen seperti ini terus digelar sehingga kaum muda NTT yang berada ditanah rantau seperti di Jakarta tidak terus disibukkan dengan rutinitasnya, namun ada wadah berkumpul untuk berkreasi dan berinovasi, dan tentunya ikut memberi sumbangsih dalam upaya memajukan NTT tercinta. (aln/fmc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar